Miracle?

Ia kemudian mendengar jawaban Matt-senpai tentang pertanyaan Nagisa dengan seksama, lumayanlah untuk menambah pengetahuan tentang Digimon. Tapi sialnya pertanyaan darinya dan Nagato sama sekali tak dijawab, menyebalkan "Hmm... Maaf Matt-senpai pertanyaanku dan Nagato sepertinya belum kau jawab," ujar Shun dengan nada sedikit sebal

Tak lama kemudian, datang lagi seorang Pria yang sepantaran dengan R.K, dan sepertinya mereka berdua memang saling kenal. "jadi ada orang baru ya," gumam Shun sambil memperhatikan pria yang ternyata bernama Takumi tersebut dengan cermat. Setelah diperhatikan tinggi R.K dan Y.T ternyata menakutkan, tinggi mereka mungkin hampir 180 cm, sedangkan dirinya hanya memiliki tinggi 165 cm.

"ah iya, perkenalkan aku Shun Hikari, dan ini partnerku Tokomon," ucap Shun memperkenalkan diri dan menunjukkan Tokomon yang berada dalam dekapannnya "soal waktu tak perlu kau khawatirkan. Kata Matt-senpai, 10 tahun disini samadengan 1 jam di Bumi. Jadi kau bahkan bisa tinggal di sini selama yang kau mau" jelas Shun pada 2 pria yang baru saja datang tersebut

"Wah, time spacenya sangat jauh berbeda. Salam kenal Shun dan Tokomon, semoga nanti kita akan menjadi sahabat.", jawab Takumi dengan penuh senyuman. "Oh ya kk R.K kita bisa latihan di sini dong dengan leluasa, tapi masalahnya apa di sini ada bola basket?", Takumi bertanya-tanya. "Kalau yang itu namanya tokomon, lantas partnerku ini namanya siapa ya?", tanya takumi yang semakin bersemangat.

"Oh begitu ya, time space yang besar. Kita akan manfaatkan ini untuk latihan. Kalau masalah bola jangan khawatir aku selalu bawa kok", kata Kazuhiko sambil menunjukka tas yang ia gendong. "Oh ya teman-teman disini ada yang mau maen basket sama kami berdua?", tanya Kazuhiko dengan penuh semangat.

Mendengar perkataan Riku, Nagato pun langsung memeriksanya. Benar juga sih, itu lebih mirip sayap ketimbang telinga. Ia kemudian meneliti dan melihat benda berbentuk lembaran tipis yang membentang diatas kepala Digimon-nya. Setelah memeriksa beberapa lama, ia bisa menarik kesimpulan. "Itu telinga," ujarnya pelan. Karena ia tak merasa benda itu memiliki otot yang seharusnya dimiliki agar bisa terbang. Tapi nyatanya, itu cuma berupa lembaran kulit yang tipis saja. Seperti telinga manusia, bukan begitu?

Mari kembali ke pertanyaan. Pertanyaan dari Kak Nagisa membuatnya sedikit penasaran akan jawabanya. Ia pun mendengarkan jawaban dari Matt-Senpai dengan seksama. Namun, kenapa pertanyaannya malah tidak di jawab?

"Kalau jawaban pertanyaanku bagaimana?" tanyanya. Em? Entah mengapa ia merasa tiba-tiba ada yang aneh pada *sensor* nya. Terasa panas membakar. Hey, hey, tunggu, jangan bilng kalau Digimon-nya ini membakarnya. Dengan cepat, ia melirik kearah bawah. Digimon-nya kemudian diselubungi semacam lapisan berwarna merah yang jelas-jelas terasa panas. Detik berikutnya, tubuh Digimon-nya diselimuti cahaya putih yang menyilaukan mata. Dan begitu cahayanya meredup, tubuh Digimonnya sudah berubah menjadi seperti hewan berkaki empat dengan kedua telinga yang pesar menjulur diatas kepalanya. Evolusi, ia sudah pernah melihat hal ini, makanya ia diam saja. Selain itu Digimon-nya tampak biasa-biasa saja seolah-olah mereka memang menanti untuk hal ini.

"Sepertinya sekarang giliranku," ujarnya sambil tersenyum tanpa mengalihkan pandangannya dari Digimon-nya yang telah berevolusi. Warnanya merah darah. Huft, kenapa harus merah darah sih? Ia benci darah. Lupakan sejenak untuk hal itu. Bila diperhatikan, bentuk fisiknya sama dengan Tokomon milik Shun. Punya dua pasang kaki kecil, bentuk badan yang seperti bola, dan punya telinga. "Sepertinya Digimon kita mirip ya Shun," ujarnya pelan sambil melirik kearah Shun. Tapi tak lama setelah itu pandangan matanya langsung beralih kearah Matt-Senpai.

"Nama Digimon-ku ini apa, dan jenis apa? Lalu dikategorikan apa? Apa Dragon-Type? Ya, karna bisa dilihat kan, bentuknya sangat mirip naga," ujarnya kepada Matt-Senpai sambil meletakan Digimon-nya itu dipangkuannya.

Ia terus saja mendengarkan penjelasan Matt-Senpai dengan seksama dan antusias. Waw, ia baru tau kalau ada sebanyak itu ragam dan jenis Digimon di Dunia ini. Semuanya seperti mimpi yang jadi kenyataan. Pyocomon yang berada dalam dekapannya mulai bergerak-gerak tidak jelas. Sepertinya ada yang menarik perhatiannya. "Ada apa Pyoco?" gumamnya pelan sambil melirik kearah Digimon-nya ini.

Sebuah sinar terang kemudian datang dan menyilaukan matanya. Ia langsung melirik kearah sumber sinar itu. Datangnya sinar itu rupanya dari Digimon milik Nagato. Jangan-jangan? Benar saja. Ketika cahaya itu mulai meredup, sosok Digimon Nagato yang semula berbentuk bola dengan dua telinga menyerupai sayap langsung berubah menjadi sesosok Digimon dengan badan bulat, dua pasang kaki, namun tetap dengan telinga yang berbentuk seperti sayap. Hem, apa Digimon itu bisa terbang ya? Memang ciri-ciri fisiknya sangat mirip dengan Tokomon.

"Waw, selamat ya Nagato. Akhirnya Digimonmu berevolusi juga. Dan lihat, sangat lucu," ujarnya kepada Nagato sambil memandangi Digimon-nya itu lekat-lekat. Sepertinya Pyocomon miliknya pun sependapat dengannya.Digimon-nya itu memandangi Digimon milik Nagato yang baru berevolusi sambil tertawa-tawa.

Dan, hey, sepertinya ada orang baru lagi. Seorang pemuda yang baru datang. Ia memperkenalkan dirinya sebagai Yoshi Takumi. Dan, sepertinya ia telah kenal akrab dengan Rikkudo Kazuhiko. Mereka berdua bisa dikatakan sangat tinggi. Pastilah sama-sama pemain basket.

"Jadi, aku ini cantik ya?" ujarnya dengan innocent sambil menopang dagunya dengan kedua tangannya. Nyokimon ia biarkan duduk di pangkuannya. Sepertinya ia masih tertarik pada Digimon milik Nagato, entah mengapa.

Oh ya, ia jadi lupa menyapa pemuda yang baru datang gara-gara Kazu-San mengatainya cantik. "Hai, namaku Nagisa. Ini partnerku, Pyocomon," ujarnya sambil memberikan senyuman terbaiknya.

Oke, seperti tadi lagi, sudah cukup perkenalannya. Pandangannya kembali teralih ke Matt-Senpai, masih dengan dagu yang ditopang oleh kedua tangannya. "Sepertinya pertanyaanku berhenti sampai disitu saja. Senpai jawab pertanyaan Shun dan Nagato saja, aku juga mau dengar," ujarnya yang diakhiri dengan senyuman.

Mendengar bahwa masih ada pertanyaan yang belum ia jawab, Matt mulai mengingat-ingat pertanyaan dari siapa dan apa isi pertanyaannya, sembari mengingat-ingat pertanyaan yang entah dari siapa, ia lalu memberi salam dan memperkenalkan diri pada seseorang yang tinggi semampai yang rupanya bernama Yoshi "Y.T" Takumi.

'hai Y.T, perkenalkan nama saya adalah Yamato Ishida, anda bisa memanggil saya dengan sebutan Matt, senang berkenalan denganmu Y.T, jika ada pertanyaan dalam benakmu, silahkan layangkan pertanyaanmu pada teman-teman baru-mu ini ya.'

Ucap Matt, sesaat setelah ia memperkenalkan dirinya, ia lalu teringat dengan pertanyaan yang ia lupa tadi, ternyata pertanyaan milik Shun dan Nagato.

'mengenai sepuluh digimon pemimpin, mereka adalah sepuluh digimon yang paling pertama dibuat, mereka adalah AncientGreymon yang berelemen api, AncientGarurumon yang berelemen cahaya, AncientBeetlemon yang berelemen petir, AncientKazemon yang berelemen angin, AncientMegatheriummon yang berelemen es, AncientWisetmon yang berelemen besi, AncientVolcamon yang berelemen bumi, AncientTroiamon yang berelemen kayu, AncientMermaimon yang berelemen air dan yang terakhir adalah AncientSphinxmon yang berelemen kegelapan, mereka semua-lah yang menciptakan dunia digital ini, mereka pernah melawan satu digimon yang memiliki kekuatan setara dengan mereka bersepuluh, digimon tersebut bernama Lucemon, yang kini telah berhasil dikalahkan dan disegel di Dark Area.'

Matt lalu merapikan rambut pirangnya yang sedikit berantakan akibat angin yang dihasilkan oleh kereta yang lewat dibelakangnya.

'digimon adalah sebuah makhluk digital yang dapat disimpan di dalam sebuah benda penyimpanan data, anggap saja, dunia digital ini adalah hard disk yang besar sekali. Mengerti ?'

Akhir Matt yang selanjutnya mengambil sebuah pulpen dan secarik kertas dari sakunya.

"Matt-Kun, kira-kira berapa lama lagi kami bisa kembali ke bumi?", Tanya Takumi. "Trus bagaimana dengan Usia Kami dan Sistem metabolisme kami disini? apa mengikuti sistem dibumi atau yang disini?", Tambahnya Lagi.

Matt-Senpai kemudian menjawab pertanyaannya. Ia pun mendengarkannya dengan seksama dan antusias. Ia bahkan tak mengedipkan matanya selama Matt-Senpai bercerita. Oh, begitu ya. Jadi ada sepuluh Digimon penguasa. "Lantas, mereka musuh kita atau bukan?" tanyanya lagi sambil tersenyum. "Lalu, Digimonku yang baru berevolusi ini jenis apa?" ujarnya sambil mengangkat Gigimon keatas kepalanya.

Ia kemudian mendengar perkataan dari pemuda yang baru saja datang, Yoshi-San. Pemuda itu tentang sama tidaknya Dunia Digital ini dengan bumi. "Kurasa Dunia Digital ini sama dengan Bumi, Yoshi-San," komentarnya. "Bukan begitu Matt-Sepai?" tanyanya memastikan pada Mattt-Senpai.

Sesaat kemudian, ia jadi ingat kalau ia belum memperkenalkan dirinya pada Yoshi-San sama sekali. "Perkenalkan, namaku Nagato. Yang diatas kepalaku sekarang ini, Gigimon, partnerku," ujarnya sambil melayangkan senyumannya pada Yoshi-San. Dilihat-lihat sedari tadi, Riku-San dan Yoshi-San kelihatannya adalah teman dan memiliki hobi yang sama, bermain basket. Pantaslah tubuh mereka lumayan jangkung.

Beberapa saat kemudian, ia kembali memalingkan wajahnya kearah Matt-Senpai sembari menunggu pertanyaannya dijawab.

Matt yang sebelumnya telah menjawab beberapa pertanyaan yang ditanyakan oleh Nagato dan Shun, kemudian menghela nafas dan mulai berjongkok untuk menulis sesuatu di atas secarik kertas yang baru saja ia ambil dari dalam sakunya. "klik." suara pulpen yang ia pegang lalu dipersiapkan untuk menulis.

Matt lalu mulai menulis sesuatu diatas kertas tersebut sambil menjawab beberapa pertanyaan yang dilayangkan padanya. "hm, kita akan semakin tua disini, maksudku, semua sistem metabolisme, sikap dan usia juga yang lain-lainnya akan bertambah disini, namun, jika kita telah keluar dari dunia digital ini, kita akan kembali seperti sesaat sebelum kita masuk ke dinia digital ini." sambil megacungkan jempolnya pada Nagato yang dapat menjelaskannya dengan baik.

Matt kemudian melanjutkan menulisnya sesaat setelah mengacungkan jempolnya pada Nagato, lalu Matt bersiap-siap menjawab pertanyaan Nagato selanjutnya. "Gigimon-mu itu berevolusi dengan tipe lesser, dan masuk kedalam jenis keluarga atau kelompok naga." tukas Matt pada Nagato.

Sesaat setelah menjelaskan beberapa hal mengenai digimon, Matt yang telah menyelesaikan tulisannya dan mulai berdiri dan memasukkan pulpennya kedalam saku, dan meminta sebuah alat dari Nagisa yang ia pakai tadi untuk menempelkan Digivice-nya pada pergelangan tangannya saat baru saja bertemu di dalam kereta tadi. "Nagisa, apa aku bisa meminjam lem atau semacamnya yang tadi kau pakai untuk menempelkan Digivice-mu itu ? ada sesuatu yang ingin kutempelkan." tanya Matt pada Nagisa sambil melihat jalur rel kereta yang tak kunjung dilewati oleh satu-pun kereta.

Matt-Senpai kemudian menjawab pertanyaan dari Nagato. Pertanyaan yang menarik. Ia jadi mendapat beberapa pengetahuan. Jadi, ada sepuluh Digimon yang bisa dibilang penguasa di Dunia Digital ini. Ada hal yang aneh. Ketika ia mendengar nama-nama Digimon itu, ia merinding seketika. Ada rasa takut yang melompat keluar begitu saja dari tubuhnya. Apakah ini hanya perasaannya saja? Oke lupakan.

Pertanyaan yang pertama memang sudah di jawab. Tapi, lagi-lagi Matt-Senpai melewatkan pertanyaanya Nagato yang terakhir. Oke, ia akan memperjelas ini. "Jadi, apakah kesepuluh Digimon Ancient itu adalah musuh? Atau hanya anak buahnya Ancient Sphinxmon saja?" tanyanya meminta penjelasan.

"Lem? Oh, untuk menempelkan Digivice ini ya?" ujarnya sambil mengeluarkan sesuatu dari sakunya. "Bukan lem sih, tapi selotip timbal balik," ujarnya sambil memberikan gulungan selotip itu pada Matt-Senpai.

Ia melirik kearah kertas yang sedari tadi ditulis menggunakan pulpen oleh Matt-Senpai. "Ngomong-ngomong apa yang itu?" ujarnya sambil melirik kearah kertas yang sedari tadi di tulis oleh Matt-Senpai.

Matt tertawa terbahak-bahak mendengar bahwa ternyata masih ada beberapa pertanyaan yang belum ia jawab, alangkah lucu dirinya ini, seseorang yang bernama Matt yang memiliki memori otak hanya sebesar 100 kb saja mencoba untuk menjawab pertanyaan yang memiliki kapasitas sebesar 100 yottabyte, tapi lupakan perhitungan yang rumit itu, Matt-pun berjalan kearah Nagisa dan mecoba untuk menyentuh kulit tangannya, yah, tingkah yang wajar untuk seorang pemuda yang normal sepertinya.

"Ke-sembilan digimon itu ada di pihak kita, sementara AncientSphinxmon-lah yang harus kita waspadai, juga dengan semua tentara digimon virusnya yang sangat berbahaya, lalu, mereka (ke-9 digimon tadi) bukan anak buah atau "jongos" dari AncientSphinxmon, seperti ceritaku tadi, mereka mulanya adalah rekan dan sahabat."

Ucap Matt yang sedang disibukkan untuk menempelkan benda tidak jelas yang dimiliki oleh Nagisa. Matt lalu menempel kertas yang tadi ia pegang dan menempelkannya di gerbang kereta yang akhirnya "landing" di hadapannya itu. Semacam peta untuk ke tempat tinggalnya. Setelah Matt menempelkan kertas tersebut, Matt lalu merogoh Digivice yang dikalungkannya itu. Tampak Matt menekan beberapa kombinasi tombol di digivice-nya itu.

"ah, selesai juga, halo Gabu, kau sedang apa disana ? apa kau sibuk ? bisa kau jemput kami disini ?..............oh oke oke, cepat ya, kami cukup banyak, kirimkan kami yang besar, oke...? oke,`sampa jumpa." Ternyata Matt menggunakan digivicenya itu untuk menghubungi digimonnya Gabumon untuk menjemput mereka ke rumah Matt. Tak lama berselang muncul cahaya putih yang menyilaukan, lebih silau dari cahaya saat sebuah digimon berevolusi.

Cahaya tersebut semakin lama semakin menghilang dan menampakkan sebuah kotak yang terbuat dari besi, mirip seperti sebuah brankas namun ukuran yang lebih besar, pintu dari benda tersebut terbuka dan ada satu digimon yang mulai menampakkan dirinya ternyata dia adalah Gabumon. "hei Gabu, mereka adalah teman baru kita, ayo, persilahkan mereka masuk dan cepat antar kami ke rumahku." Ucap Matt pada Gabumon, Gabumon mengangguk saja dan mulai mempersilahkan mereka masuk.

Matt mulai melangkah masuk kedalam alat tersebut yang ternyata adalah alat teleportasi, diikuti oleh Nagisa, Shun, Nagato, RK dan YT. lalu Gabumon menutup pintu alat tersebut dan akhirnya mereka semua pergi.

Sementara itu, tepat jam 12 malam di rumah keluarga Kanayuki, tampaklah seorang anak laki-laki berambut campuran putih dan hitam pendek tampak serius mengerjakan sesuatu. Teman-temannya mengenal ia sebagai Shinji Kanayuki, anak kedua dari keluarga Kanayuki yang di SMA tempat ia bersekolah walaupun tidak termasuk salah satu murid terpintar, namun rajin dan dapat diandalkan oleh para guru untuk memenangkan pertandingan apa pun yang berhubungan dengan mata pelajaran sekolah.

"Hm.. Soal yang ini apabila dikerjakan dengan cara yang ini maka hasilnya.. AAAH! Masih salah!!" tidak berapa lama kemudian Shinji mengacak-acak rambutnya. Ia merasa kesal karena belum menemukan jawaban dari soal tersebut. "Tapi, aku tak akan menyerah! PR ini pasti selesai tepat pada waktunya!"

Dan untuk sesaat, Shinji pun kembali pada aktivitas mengerjakan PR nya.

"Lelahnya.. Apa kulanjutkan besok saja, ya?" kata Shinji lagi pada akhirnya. Tanpa sadar, ia pun mengistirahatkan punggung di kursi meja belajarnya. Namun saat itu ia lupa. Kursinya itu tidak mempunyai senderan apapun, dan akhirnya ia pun terjatuh.

Saat itulah Shinji menemukan sebuah benda asing yang belum pernah dilihatnya. Benda persegi berwarna biru muda yang memiliki sebuah layar kecil dengan sebuah tombol berwarna biru tua di sebelah kiri layar tersebut, dan dua buah tombol yang berwarna sama di sebelah kanannya.

Mungkinkah nii-san yang menaruhnya?, pikir Shinji, namun saat itu ia tidak melihat siapa-siapa. Karena penasaran, Shinji pun memutuskan untuk memperhatikan benda itu lebih seksama. Namun, tiba-tiba saja sebuah cahaya terang muncul menyelimutinya, dan ketika tersadar, Shinji sudah berada di sebuah kursi empuk di kereta. Tidak berapa lama kemudian, Shinji melihat keluar jendela. Dan saat itu hanya ada sebuah kalimat yang dapat keluar dari mulutnya.

"Ini dimana??"

Singkat cerita Matt dan partnernya, Garurumon telah sampai di kediaman Matt dengan mengikuti jejak yang ia tinggalkan di semua pohon yang telah ia dan teman-temannya lewati sesaat sebelum melewati pohon tersebut. Matt yang sedang menunggangi Garurumon mulai turun dari punggung Garurumon dan mulai berlari ke arah pintu rumahnya, tak lupa Garurumon kembali ke wujud Gabumon dan ikut berlari di belakang Matt. "Gabu, ayo masuk, kita harus menjemput seseorang." ujar Matt dengan nada yang sedang terburu-buru. Gabumon hanya terdiam dan dan ikut masuk ke dalam mesin teleportasi milik Matt. "pakailah...benda ini akan sangat berguna." ucap Gabumon sembari memberikan sebuah helm ke arah Matt, Matt dengan tatapan senang menyambut barang pemberian Gabumon itu.

Tak lama kemudian, Matt mengatur jalur yang akan ditempuh untuk menuju ke stasiun, setelah itu, ia dan Gabumon mundur ke belakang beberapa langkah, agar resiko tertumbuk di dinding mesin itu dapat diminimalisir. "oke, here we go..." Matt lalu berjongkok dan memeluk Gabumon yang sedang ketakutan, entah mengapa, namun ia rasa ia tahu mengapa Gabumon seperti itu. Singkat kata mereka telah tiba di stasiun tempat ia dan teman-temannya berkumpul. "Gabu, ayo ke sana, pasti orang itu akan keluar dari kereta tepat di bangku panjang itu." Matt menarik tangan kanan Gabumon, Matt bermaksud agar Gabumon mempercepat langkahnya supaya orang yang akan mereka jemput tak tersesat.

waktu itu dipagi yang sangat cerah disebuah bangunan kecil, bangunan tersebut adalah Taman Kanak-Kanak, disana sedang berlangsung acara pepisahan sebuah Taman Kanak-Kana, terlihat seorang anak mungil yang mengenakan kostum cowboy, anak tersebut berlari pontang panting menuju kearah belakang bangunan tersebut, "Pussy...Pussy" serunya pelan. sesaat setelah ia menyerukan kata tsb muncul sesosok anak kucing yang sangat lucu dari semak dibelakang bangunan tersebut.
"kau pasti lapar, ini ambil.." anak tersebut berkata sambil menjulurkan tangannya yang sedang memegang roti. Namun anak tersebut sedikit heran, karena kucing itu menggigit sebuah benda kecil aneh, anak tersebut langsung mendekap kucing itu dan langsung mencoba mengambil benda aneh itu, saat dia telang menggenggam nya dia berkata kepada kucing itu "Benda apa ini..?", sang kucing terus memakan roti yang diberinya.
tak lama anak itu melihat ada beberapa tombol di benda tsb, ia spontan menekan tombol" tersebut, terdengar suara "pip...pip...pip.."
tak lama ada cahaya aneh mucul didepan mereka, anehnya cahaya tersebut seperti menyerap tubuh mereka, ah tidak bukan mereka, hanya anak itu yang diserap oleh cahaya itu....
"Uwaaaaa...." Suara tangis membuyarkan keheningan di sebuah kereta yang entah kemana arahnya.... sesaat gadis itu sempat melihat sebuah kertas diatas dan dia membacanya dengan terbatah batah...
"tetap tinggal disini, aku akan menjemputmu, jika kau telah membaca pesan ini, maka tolong tempelkan kembali ke tempat dimana kamu menemukannya, tolong.."
itulah yang tertulis disana, anak itu mudah percaya terhadap tulisan yang bahkan ntah siapa yang menulisnyapun dia tak tahu, setelah membacanya ia menghapus air matanya dan duduk manis di sebuah kursi.
tak hanya itu, ia menemukan sebuah boneka yang sedikit menyeramkan tetapi lucu disebelahnya, ia memeluk erat benda yang dia anggap boneka itu, terdengar suara "punn.." kecil sekali suara itu dan dia tak menghiraukannya.
tak lama kereta berhenti...
anak itu bergegas keluar dari kereta tersebut dan menuju ke sebuah kursi kecil di dekat situ.

"Ini.. Pemandangan yang luar biasa!" kata Shinji, yang tengah menikmati pemandangan sepanjang perjalanan kereta yang secara misterius dialaminya. Tiba-tiba, rasa keingintahuannya bangkit, dan Shinji pun memutuskan untuk menjelajahi kereta. Saat itu lah, ia melihat secarik kertas yang tertempel di pintu kereta.

"tetap tinggal disini, aku akan menjemputmu, jika kau telah membaca pesan ini, maka tolong tempelkan kembali ke tempat dimana kamu menemukannya, tolong.." kata Shinji seraya menempelkan telunjuknya di kertas untuk membacanya dengan jelas, tanpa harus mengambilnya dari pintu kereta. "hm.. Baiklah, kalau begitu"

Shinji pun berencana kembali ke tempat ia duduk semula, namun tiba-tiba saja ia merasa ada sesuatu yang mengawasinya. "..siapa??" Shinji pun segera berbalik badan untuk mencari tahu, namun ia tidak menemukan siapa-siapa disana. Sebagai gantinya, ia menemukan seekor mahkluk yang mirip seperti anak kucing berwarna biru yang tidak pernah dilihatnya disana. Dan Shinji pun memutuskan untuk mendekatinya.

"hei, kamu tersesat?" kata Shinji pada mahkluk itu, namun ia tidak mendapat jawaban apa-apa selain "Kyuung!" dari mahkluk tersebut, yang tiba-tiba saja menempel pada Shinji tidak lama setelah anak laki-laki itu mendekat. Dan kereta pun berhenti.

Shinji, yang masih ditempeli oleh mahkluk tersebut berjalan keluar dari kereta tersebut dan tak lama kemudian melihat sebuah bangku panjang tak jauh dari tempat ia berdiri sekarang. Shinji juga melihat ada seorang anak di bangku tersebut, dan ia berpikir mungkin anak itu pun mengalami hal yang sama.

"Halo!" kata Shinji, yang memutuskan untuk pergi menyapa anak itu.

tidak lama duduk di kursi tersebut ada kereta lagi yang sampai, anak tsb melihat dengan seksama saat pintu kereta terbuka, ada sesosok lelaki separuh baya yang sedang ditempeli oleh boneka lucu, begitu yang ada dibenak anak itu saat itu, dari kejauhan lelaki tsb menyapa dengan ramah "Halo!" kata laki laki itu,
eh, kata mama jangan berbicara dengan orang yang tidak dikenal, tetapi disini tidak ada orang lain selain orang itu, aku hanya sendirian, aku memang tidak mengenalnya, tetapi sepertinya dia orang yang ramah.
kata gadis ini dalam hati,
"ehh, Ha...lo...." kata gadis itu terbatah sambil memegang erat digimon yg disangka boneka olehnya karena sedikit takut.

Melihat stasiun saat itu sedang sepi, bahkan kosong, Matt menghentikan larinya dan mulai menggaruk-garuk kepalanya, Gabumon juga ikut terdiam, dan sepertinya, pikiran mereka sama, dan juga memiliki pertanyaan yang sama, 'kenapa stasiun ini begitu sepi ?' yah, barangkali itulah pertanyaan yang terbersit di kepala Matt dan Gabumon. "eh ? Kenapa sepi sekali ? Bukannya ini stasiun, siapa tahu dibangku panjang itu ada seseorang." Matt mulai berjalan perlahan, namun, sebelum ia tiba di bangku panjang tujuannya, sebuah kereta pun transit di dekat posisi mereka berdiri. Seorang pemuda berambut campuran antara putih dan hitam tampak berjalan keluar dari pintu kereta yang mengantarnya kesini, 'halo...' ucap pemuda itu. "halo...? Katanya ? Siapa yang ia sapa ? Apa dia gila ?" gumam Matt pelan, ia lalu berlari ke arah pemuda tersebut dan melambaikan tangannya. "hey !!!" panggil Matt dengan nada yang agak keras.

Matt dan Gabumon akhirnya sampai di hadapannya. "eh ? Siapa ini ? Hey bocah, kau siapa ? Dan kenapa kau memeluk digimonmu itu erat sekali ? Kasihan...digimonmu, um, siapa namamu bocah manis ? Dan kau, siapa namamu ?" Matt mulai membuka percakapan.

tepat disaat assuka membalas sapaan dari seorang lelaki paruh baya yang keluar dari kereta, mucul sesosok lelaki dan makhluk super aneh yang bertanya "eh ? Siapa ini ? Hey bocah, kau siapa ? Dan kenapa kau memeluk digimonmu itu erat sekali ? Kasihan...digimonmu, um, siapa namamu bocah manis ? Dan kau, siapa namamu ?"
sentak assuka sedikit terkejut dan sangat ingin sekali rasanya menangis, tetapi ia ingat kata mamanya bahwa anak yang menangis itu adalah anak yang bodoh, ia mengurungkan niatnya untuk menangis,
dan pertanyaan yang ditanyakan orang yg mengejutkannya itu, bocah? ya aku memang bocah gumamnya, memeluk digimon? apakah boneka aneh ini yang disebutnya digimon? apa itu digimon? semua membuatnya tambah pusing...
ah tersrahlah pikirnya, lagipula disini tak ada siapa siapa, toh kalau mau meminta bantuan juga sama mereka berdua, pikirnya.
hanya dia menjawab salah satu pertanyaan dari orang aneh itu dgn terbatah"...
"ehh... sa..ya... assuka, assuka connel, saya dari TK Mekar Sari, ayah saya namanya Alzack connel dan ibu saya bisca connel, salam kenal.." jawabnya polos sambil turun dari kursi dan menundukkan kepala.